[KBR|Warita Desa] Lima tahun lalu, menjelang pelantikan presiden 2014, wajah Jokowi tampil di sampul majalah TIME. Majalah berita internasional itu menyebut Jokowi sebagai "A New Hope", harapan baru bagi demokrasi Indonesia.
Nada positif juga disuarakan sejumlah media internasional lain. Reuters, misalnya, saat itu menyebut Jokowi sebagai tokoh politik yang disayangi kelompok minoritas.
"Penolakan (Jokowi) untuk diintimidasi kepentingan-kepentingan lama, dan blusukan-nya yang terkenal di Jakarta, membuatnya disayangi oleh sebagian besar orang Indonesia khususnya kelompok miskin dan minoritas," tulis Reuters saat itu, tak lama setelah Jokowi dinyatakan menang Pemilu 2014.
Optimisme serupa disuarakan oleh New York Times. Sehari setelah pelantikan presiden tahun 2014, media asing tersebut menggambarkan Jokowi sebagai sosok yang "menjanjikan".
"Joko, 53 tahun, adalah Presiden Indonesia pertama yang tidak berasal dari kalangan elit politik atau jenderal militer. Presiden baru ini menjanjikan program pemerintah yang lebih 'rakyat-sentris'," tulis New York Times kala itu.
Pelantikan Kedua: Pelarangan Demo dan Terorisme
Beda dengan dulu, kini berbagai media asing lebih banyak menyoroti masalah keamanan Indonesia menjelang pelantikan periode kedua Jokowi.
New York Times, misalnya, menyoroti praktik pelarangan demonstrasi menjelang pelantikan presiden.
Los Angeles Times juga menyoroti kasus penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto, beserta aksi penangkapan puluhan teroris yang mengikutinya.
"Satuan elit anti-teroris Indonesia sibuk selama 24 jam demi memberantas tersangka militan Islam menjelang pelantikan presiden yang akan dihadiri para pemimpin daerah dan utusan asing," tulis Los Angeles Times, Kamis (17/10/2019).
Sedangkan majalah TIME, yang dulu menggadang-gadang Jokowi sebagai "A New Hope", kini tidak bersuara apa-apa soal pelantikan periode keduanya.
Oleh : Adi Ahdiat
Editor: Agus Luqman