You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOTIRTO
Kalurahan HARGOTIRTO

Kap. Kokap, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH KALURAHAN HARGOTIRTO HARGOTIRTO SUMRINGAH GUMREGAH BERKEMAJUAN PEMERINTAH KALURAHAN HARGOTIRTO MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1445 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Warga Menyanbut Fenomena Gerhana Matahari Cincin

Administrator 27 Desember 2019 Dibaca 1.183 Kali

Hargotirto | Jumat 27/ 12/ 2019

[KBR|Warita Desa] Pengamatan gerhana matahari cincin hari ini, Kamis (26/12/2019) dinikmati di berbagai titik di Indonesia.

Di Jakarta, pengamatan dilakukan di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-IPTEK) Taman Mini Indonesia Indah. Staf Sub Divisi Program Sains, Sri Wahyu mengatakan, Gerhana Matahari Cincin (GMC) terjadi ketika bulan berada segaris dengan bumi dan matahari. Namun piringan bulan lebih kecil dari piringan matahari sehingga piringan matahari tidak tertutup dengan sempurna. Lebih lanjut Sri Wahyu menjelaskan puncak GMC di Jakarta mulai pukul 12.36 WIB.

"Untuk rangkaian gerhana matahari yang sekarang ini mulai fase gerhananya dari jam 10.42 kemudian puncaknya untuk di Jakarta 12.36, kemudian selesainya itu kalau tidak salah 14.23. Jadi yang tadi saya bilang 10.42 itu misalkan ada piringan matahari dan piringan bulan nah itu pertama kali bersinggungan jam 10.42, sampai dia selesai sekitar setengah 3," Ujar Staf Sub Divisi Program Sains, Sri Wahyu di PP-IPTEK TMII, Kamis (26/12/2019).

Sri Wahyu menuturkan, PP IPTEK TMII menyediakan 4 teleskop untuk pengunjung yang ingin melihat fenomena gerhana matahari cincin. Setiap teleskop memiliki hasil warna matahari yang berbeda karena filter warna yang berbeda-beda. Ia juga menyarankan pengunjung yang ingin melihat gerhana matahari cincin harus menggunakan alat bantu seperti teleskop atau kacamata matahari karena jika terpapar langsung matahari mata akan rusak.

"Fenomena gerhana walaupun dia ketutup, tetapi tetap tidak boleh melihat secara langsung karena nanti mata kita bisa rusak. Kenapa bisa rusak karena mata kita ada lensanya ya, analoginya itu kalau kita main lup, kalau lup dikasih ke matahari dia bisa membakar kertas, sama juga dengan mata kita, kalau mata kita melihat langsung bisa terbakar," Staf Sub Divisi Program Sains, Sri Wahyu di PP-IPTEK TMII, Kamis (26/12/2019).

Titik paling jelas melihat gerhana matahari berada di Siak, Provinsi Riau. Untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sebagian wilayah Indonesia hanya bisa menikmati fenomena Gerhana Matahari Sebagian.

Baca Juga : Urban Social Forum 7 Merembug Aksesibilitas untuk Semua

Kaca mata 'rontgen' ludes di Jombang

Momentun gerhana matahari sebagian yang terjadi di wilayah Pulau Jawa tak dilewatkan oleh masyarakat di Jombang, Jawa Timur.

Puluhan warga datang silih berganti ke halaman Masjid Baitul Mukminin di Kota Jombang untuk menyaksikan fenomena gerhana matahari ini secara jelas.

Di sini, sejumlah peralatan digital hingga manual telah disediakan oleh para mahasiswa dari Lembaga Falaqiyah di Jombang bagi masyarakat yang ingin melihat dari dekat seperti apa matahari saat terjadi gerhana ini.

Ketua Lembaga Falawiyah, Mujazon mengatakan, sengaja membawa sejumlah alat berupa teleskop untuk membantu masyarakat mengetahui tentang fenomena langka yang jarang terjadi ini.

"Alat ini sangat membantu masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung momentum gerhana matahari, paling tidak bisa dilihat terkadang satu tahun sekali, kadang di Jombang kadang tidak, fenomena ini terjadi di Jombang sebagian," ujar Mujazon.

Mujazon menjelaskan, gerhana matahari sebagian ini terjadi di wilayah Jombang, Jawa Timur dan sebagain di Pulau Jawa. Gerhana ini berlangsung selama kurang lebih dua jam, mulai pukul 12.02 dan berakhir pada 14.32 WIB.

"Puncaknya pada pukul 13.00 WIB, 12.30 kita bisa lihat sekitar 65 persen, Kalau diluar Jawa terjadi gerhana cincin," terangnya.

Meskipun mendung, namun antusias masyarakat untuk datang dan mencoba melihat gerhana matahari ini dengan teleskop cukup antusias. Bahkan, masyarakat rela mengantre ditengah-tengah cuaca yang cukup panas tersebut.

"Ada beberapa alat sepertu teleskop robotic dan manual yang dibawa beberapa komunitas dan mahasiswa, sempat ada mendung tapi alhamdulillah ini tidak menganggu," terangnya.

Selain mencoba melihat dengan teleskop yang disediakan oleh sejumlah mahasiswa dan komunitas Falaqiyah, masyarakat juga menggunakan kacamata gelap berbahan plastik/kertas rontgen yang mereka dapat dengan cara membeli seharga Rp 15 ribu 

di tempat tersebut.

Alhasil, dalam waktu sekejab sebanyak 50 buah kacamata yang disediakan oleh Lembaga Falaqiyah itu ludes terjual.

"Selain dengan teleskop robotic dan manual, memang juga bisa menggunakan media lain seperti kacamata gelap/rontgen, atau kalau orang jaman dulu itu air, sebab kalau dilihat langsung itu bisa merusak mata, efeknya bisa menyebabkan kebutaan," terang Ketua Lebaga Falaqiyah, Mujazon.

Sementara, salah satu warga, Rinaya mengaku, tidak ingin melewatkan momentum bersejarah itu yang dimungkinkan terjadi satu kali seumur hidupnya. Dia, menggunakan alat berupa hasil foto rontgen untuk melihat penampakan matahari yang tak sempurna ini.

"Pakai kacamatan ini terlihat jelas, mataharinya separuh ilang, kalau dulu mitosnya di makan Buto/Betara Kala (Raksasa), jadi kami tak boleh melihat sama orang tua," pungkasnya.

Di Banyuwangi, gerhana matahari bertahan 2 jam

Fenomena gerhana matahari cincin bisa juga dilihat di Banyuwangi, Jawa Timur, pada pukul 12.00 WIB.

Prekirawan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Ibnu Haryo mengatakan, puncak gerhana matahari terjadi pada pukul 12.59 wib hingga pukul 13.45 wib.

Kata Ibnu,fenomena grahana matahari jika dilihat di wilayah Kabupaten Banyuwangi, hanya kisaran 60 persen, tidak bisa secara total. Sebab posisi matahari berada di magnetudo 0,7. Sehingga di wilayah Banyuwangi hanya terlihat sebagian.

“Kalau dilihat mungkin kelihatan redup cahaya matahari, Cuma tetap butuh memakai lensa gelap, jangan melihat secara langsung karena matahari itu pasti silau. Berbahaya lebih baik tetap menggunakan kaca gelap,” kata Ibnu Haryo hari ini Kamis (26/12/2019) di BMKG Banyuwangi.

Fenomena gerhana matahari ini terjadi akibat proses garis lurus antara bumi, bulan dan matahari. Akibatnya, bulan menutupi bayangan matahari ke bumi.

Jika dilihat dengan mata telanjang, maka gerhana matahari cincin ini bisa menyebabkan kerusakan pada mata, kornea serta iritasi mata.

Oleh : Kevin Candra, Muji Lestari,Hermawan
Editor: Citra Dyah Prastuti

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2023 Pelaksanaan

Pendapatan
Rp3,596,718,451 Rp3,639,654,094
98.82%
Belanja
Rp3,404,760,760 Rp3,733,989,020
91.18%
Pembiayaan
Rp314,334,926 Rp314,334,926
100%

APBDes 2023 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp38,549,000 Rp39,046,361
98.73%
Hasil Aset Desa
Rp14,145,000 Rp15,172,000
93.23%
Lain-lain Pendapatan Asli Desa
Rp87,390,005 Rp88,631,205
98.6%
Dana Desa
Rp1,747,108,000 Rp1,747,108,000
100%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi
Rp127,748,630 Rp167,852,573
76.11%
Alokasi Dana Desa
Rp965,817,775 Rp965,817,775
100%
Bantuan Keuangan Provinsi
Rp250,000,000 Rp250,000,000
100%
Bantuan Keuangan Kabupaten/kota
Rp337,010,520 Rp337,010,520
100%
Bunga Bank
Rp5,853,821 Rp5,999,900
97.57%
Lain-lain Pendapatan Desa Yang Sah
Rp23,095,700 Rp23,015,760
100.35%

APBDes 2023 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp1,679,148,952 Rp1,857,982,385
90.37%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp1,297,163,008 Rp1,383,185,311
93.78%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp98,366,500 Rp133,159,200
73.87%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp151,776,300 Rp161,914,300
93.74%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp178,306,000 Rp197,747,824
90.17%