Hargotirto
[KBR|Warita Desa] Mataram | Pendapatan usaha kecil menengah (UKM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) turun drastis sejak Covid-19 mewabah.
Hal ini misalnya dirasakan Zaenab, salah satu pelaku UKM di NTB yang berjualan aneka makanan kering, tortilla, dan sambal khas Lombok.
Sebelum Covid-19 mewabah, Zaenab mengaku bisa mendapat hasil penjualan sekitar Rp18 juta-Rp25 juta per bulan. Tapi sekarang, penjualannya hanya sekitar Rp1 juta-Rp2 juta per bulan.
“(Usaha) yang jalan sepertinya pertanian saja, kalau UKM kita butuh pasar ya tidak bisa kemana-mana. Hampir 90 persen (penjualan menurun) karena yang tetap mengambil barang hanya yang dalam wilayah (NTB) saja, kalau yang ke luar daerah (NTB) memang tutup,” tutur Zaenab kepada KBR, Jumat (20/3/2020).
Menurut Zaenab, penjualannya menurun karena banyak jasa pengiriman barang dan reseller di luar NTB yang tutup, seperti di Batam, Surabaya, Kalimantan, dan Jawa Barat.
Penjualan produk UKM Zaenab ke ritel modern dan perhotelan juga melambat karena pariwisata sedang sepi.
Baca Juga : Jadi RS Darurat Covid-19, Wisma Atlet Kemayoran Mulai Diaktifkan Senin Depan
Pemerintah Mesti Luncurkan Program Bantuan bagi UKM
Di tengah situasi wabah, pemerintah sudah semestinya meluncurkan program bantuan untuk UKM yang terdampak. Hal itu sudah dilakukan misalnya oleh pemerintah Korea selatan (Korsel).
Pada Kamis (19/3/2020), Presiden Korsel Moon Jae-In mengumumkan sudah menyiapkan paket bantuan keuangan senilai KRW50 triliun atau sekitar Rp64 triliun untuk UKM dan wirausaha skala kecil di negerinya.
Paket bantuan itu diberikan pemerintah Korsel dalam bentuk pinjaman berbunga rendah yakni 1,5 persen, ditambah skema pembayaran cicilan yang fleksibel.
Sedangkan di Indonesia, Presiden Jokowi memang sudah menggelar rapat-rapat terkait rencana pemberian insentif bagi UKM yang terdampak wabah Covid-19.
Namun, sampai Jumat (20/3/2020) pemerintah Indonesia belum mengumumkan kebijakan atau langkah spesifik terkait masalah ini.
Oleh : Zainudin Syafari, Adi Ahdiat
Editor: Ardhi Rosyadi