Hargotirto | Jumat, 06/03/2020
[Kobeta|Warita Desa] Bogor |Pernyataan _"cara terbaik menyimpan benih adalah ditanam"_ ada benarnya dan ini adalah keniscayaan.
Tetapi tidak selalu benih harus dan bisa langsung ditanam. Ada banyak alasan untuk menyimpan benih selain dengan cara ditanam. Benih disimpan untuk ditanam di kemudian hari.
Penyimpanan benih berarti menyimpan gen yang memiliki bermiliar informasi mengenai tanaman tersebut. Ketika tanaman menjadi benih, seluruh pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas fisik dihentikan sementara alias menjalani masa tidur panjang, dikenal dengan masa _dormansi_. Dengan menjalani masa dorman tanaman meminimalkan aktivitas metabolisme dan karenanya bisa menghemat energi untuk bertahan hidup dalam waktu tertentu. Selama energi masih ada dan cukup, benih tetap bisa berkecambah dan tumbuh. Setiap benih tentu memiliki masa dormansinya sendiri-sendiri. Menyimpan benih berarti menjaga bagaimana caranya agar benih yang disimpan tetap hidup dan bisa berkecambah.
Baca Juga : Hikmah Covid-19, Penjualan Jamu di Banyuwangi Naik 300 Persen
Setelah disimpan dalam batas waktu tertentu benih harus diperbarui dengan ditanam ulang, istilah pertaniannya adalah _rejuvenasi_. Dalam proses penanaman ulang ini benih harus dirawat sedemikian rupa agar tumbuh dengan baik, subur dan normal. Ketika masa berbunga harus dijaga agar tidak terserbuk jenis lain agar kemurnian sifat dan gen terjaga.
Karena menjaga dan memperpanjang masa dormansi benih, proses rejuvenasi dan proses mempertahankan kemurnian benih memerlukan waktu tenaga biaya yang tidak murah, benih harus diatur dan dijadwal kapan direjuvenasi dan kapan disimpan.
Kasimpulannya: proses penyimpanan benih tidak cukup sekedar ditanam. Untuk memastikan kita tidak kehilangan kekayaan keanekaragaman benih kita harus tahu dan menguasai teknik dan teknologi penyimpanan benih.
Oleh: R.Abrori