[Kabar Hargotirto, Rabu (2/10/2019)] Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta adalah tiga ikon batik di Pulau Jawa. Ketiganya pun memiliki ciri khas masing-masing dalam setiap motifnya. Saat ini perkembangan batik di Yogyakarta terus berkembang. Tiap-tiap daerahnya mengembangkan motif yang menjadi ciri khasnya.
Batik geblek renteng bukanlah hasil karya perajin batik yang terbilang profesional. Motif ini hasil lomba desain batik Kulonprogo pada tahun 2012 lalu. Kala itu, lomba dimenangkan Ales Candra Wibawa, siswa SMA Negeri 1 Wates, Kulonprogo, DI Yogyakarta. Ia menciptakan motif batik geblek renteng.
Baca juga: MKKS SLB Kulon Progo Saluran Bantuan Air Bersih ke Desa Hargotirto
Sejak itulah motif geblek renteng dikenal di kancah industri batik sebagai motif pendatang baru dari Kulonprogo. Semangat mengenalkan motif khas ini pun didukung pemerintah daerahnya dengan menetapkan wajib berbatik bagi pegawai negeri sipil dan siswa sekolah dari tingkat SD hingga SMA. Semuanya menggunakan batik motif geblek renteng.
Geblek Renteng, walaupun kedengaran agak nyleneh, motif batik ini telah menjadi ikon baru Kabupaten Kulonprogo. Kulonprogo merupakan daerah yang kaya akan kekayaan alam, kesenian, dan makanan khas. Salah satu makanan khas yang menjadi identitas Kulonprogo adalah Geblek, ia pun menjadikannya sebagai motif utama dalam desain batiknya. Selain Motif Geblek, Ales menggambarkan motif Buah Manggis Kalagesing dan Burung Kacer yang merupakan flora fauna khas Kulonprogo.
Lambang Binangun (Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet, Nyaman) disebelahnya digambarkan sebagai kuncup bunga yang akan mekar, hal itu memiliki makna bahwa Kulonprogo merupakan daerah yang akan segera mekar menjadi daerah yang indah seperti permata sesuai dengan branding “Kulonprogo The Jewel of Java”. Motif-motif tersebut digambarkan dengan pola naik turun sebagai perlambang bahwa Kulonprogo memiliki kenampakan alam yang bervariasi, dari pantai hingga pegunungan ada di Kulonprogo. Sedangkan lambang Binangun yang dimodifikasi dengan hiasan seperti sayap bermakna bahwa Kulonprogo akan melebarkan sayapnya karena akan ada bandar udara internasional yang akan segera dibangun.
Bentuk Geblek yang menyerupai angka delapan melambangkan jika Kulonprogo memiliki 88 desa dan kelurahan, menurutnya Geblek merupakan makanan yang merakyat, bentuknya yang digabung-gabung (renteng) melambangkan masyarakat berdiri bersama-sama untuk membangun Kulonprogo. Desain batik yang diproduksi masal untuk seragam pelajar dan pegawai di Kulonprogo ini bertujuan untuk menghidupkan ekonomi kreatif perajin batik lokal. Sebagai wujud nyata program Pemkab Kulonprogo, Bela dan Beli Kulonprogo.
Selamat Hari Batik Nasional
Redaksi: Tony Hernanto